Sidaya.Id, Sigli – Museum Tsunami 2004 yang berada di Pidie, Aceh, menjadi tempat yang penting untuk mengenang dan mengedukasi masyarakat tentang tragedi pilu yang menimpa masyarakat Aceh
Museum Tsunami di Pidie adalah fasilitas yang menampilkan sejarah dan dampak dari bencana Tsunami yang melanda Aceh pada tahun 2004. Museum ini juga mencatat nama nama korban jiwa pada Tsunami 26 Desember di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya. Di saat Sidaya berkunjung sangat di sayangkan Museum ini tutup di karenakan waktu malam hari, yang terlihat hanya ukiran – ukiran nama korban jiwa di dinding luar Museum
Museum ini dikelola oleh pemerintah daerah Pidie dengan dukungan dari berbagai organisasi kemanusiaan dan lembaga pendidikan. Pengunjungnya bisa berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, peneliti, wisatawan, hingga penyintas tsunami.
Museum Tsunami yang di bangun sebagai monumen sejarah itu , Selasa 11 juni 2024 malam, tampak tidak terurus di karenakan banyak sampah plastik berserakan di sekitar Museum. Salah seorang pengunjung ,Zhaqlul Ramadhan yang di temui Sidaya.Id di sekitaran Museum mengatakan “sangat di sayangkan seharusnya pemerintah atau pun masyarakat harus bisa lebih merawat Museum ini dengan baik, agar anak anak generasi masa depan bisa melihat bahwa pernah terjadi musibah besar di Aceh melalui monumen bersejarah ini” ungkap Zhaqlul Ramadan.
Museum ini terletak di Pidie, Aceh, tepatnya di kota Sigli setelah alun alun kota, di lokasi yang strategis dan mudah diakses oleh masyarakat lokal maupun wisatawan. Tempat ini dirancang agar pengunjung dapat merasakan langsung sejarah kejadian tsunami.
Pendirian Museum ini bertujuan untuk mengenang para korban dan peristiwa tsunami 2004, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana. Museum ini juga diharapkan menjadi pusat penelitian dan informasi mengenai bencana alam.
Dengan dibukanya Museum Tsunami 2004 di Pidie, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami dampak dari bencana alam dan pentingnya kesiapsiagaan. Museum ini tidak hanya menjadi tempat mengenang tetapi juga sarana pembelajaran bagi generasi mendatang.
+ There are no comments
Add yours